Bijak Menyikapi Ujian

Jumat, 04 Maret 2011

Ini hanya sebuah tulisan sederhana dari Zay Pimbali, semoga dapat menghpaus segala kegundahan,  yang selama ini mungkin menghantui hati dan perasaan Anda. Juga jangan sedih karena segala sesuatu pasti ada hikmahya. "Selamat membaca"


Jangan sedih bila hari ini tak sesuap nasi yang dimakan tak seteguk air yang diminum, rasa sakit tak kujung sembuh, belum memperoleh pekerjaan yang layak, karena hari esok masih ada. Masih ada waktu untuk bisa merubah keadaan asal yakin bahwa setiap tangisan selalu berujung dengan tawa, dibalik kesulitan akan ada kemudahan. Jangan berkeluhkesah apalagi cepat menyerah, kita tidak diberi kuasa untuk merubah takdir tetapi kita mampu merubah nasib, jika bisa merubah diri maka duniamu akan berubah bukankah demikian, yang harus dilakukan adalah berdoa dan berikhtiar, sukses tidaknya suatu usaha itu bukan wewenang kita biarlah  Allah sendiri yang akan menilainya, mana yang terbaik untuk hamba-Nya. Allah  Yang Maha Rahim, keluasan rezkinya tak terbatas. Kita selalu menyalahkan takdir ketika keinginan  tak terpenuhi, saat dimana doa-doa yang dipanjatkan belum terkabulkan sehingga sering kita berpikir  bahwa, Allah tidak adil. Aku tidak melihat keadilan itu dalam hidupku. Ketahuilah kadang Allah menunjukkan kasihsayangnya kepada  hamba-Nya dengan berbagai cara salahsatunya memberikan ujian, apakah seorang hamba akan selalu sujud, istiqomah ketika Allah memberikan ujian ataukah malah pergi menjauh dan bahkan melupakan-Nya. Jika itu terjadi dimanakah bentuk rasa syukur kita, sebagai makhluk yang paling sempurna dalam penciptaan-Nya.

Dalam hidup kita selalu akan  berhadapan dengan ujian, kita tak mungkin bisa menghindar dari  ujian yang datang, jangan berpikir bahwa ujian adalah suatu bentuk  ketidakadilan Allah terhadap hamba-Nya. Ujian itu harus ada sebagai bentuk seleksi keimanan para hamba, mana yang tetap beriman dan mana yang lari dan kufur.  Itu adalah sunatullah,  tergantung sebijak apa dalam menyikapinya ujian itu.  Jika melihat sejarah masa lalu, kita akan diingatkan siapakah yang paling berat ujiannya. Mereka adalah para nabi dan rasul. Bagaimana mereka dalam menyikapi ujian itu, menarik jika kita ingin mempelajarinya. Tugas yang diemban sangatlah berat, meyakinkan suatu umat akan ke Esaan Allah dimana sebelumnya, mereka telah sekian ribuan tahun lamanya hidup dalam kemusyrikan, bukan pekerjaan yang ringan. Berbagai perilaku buruk dialami dari umatnya  dikucilkan, dihina bahkan dianggap gila menjadi pemandangan yang menyertai hari-hari mereka. Bahkan ada rasul  yang lari dari tugas kerasulan dalam menyampaikan risalah ketauhidan. Akibat perilaku umatnya yang terus membakang, ia adalah nabi Yunus yang kemudian menyadari dan memohon ampun kepada Allah,  bahwa seorang nabi tak semestinya lari meninggalkan umatnya walau sekeji apaun perilaku yang diterima. Bersabar dalam menyikapi perilaku umatnya dengan segala kesalahan, tidak membalas balik, dendam dsb. Demikian yang dilakukan oleh para nabi. Kembali lagi disini dituntut untuk bijak  menyikapi setiap ujian yang datang. Sebenarnya setiap yang diterima adalah ujian, banyaknya harta yang melimpah itu juga merupakan ujian jadi tak hanya kaum papa yang disebut ujian.


0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

ShoutMix chat widget